he is so ordinary.

darin alya khairunnisa rizdinanti
3 min readDec 27, 2020

saya tunggu, ya.

sampai datang waktunya kamu punya pendirian dan ketegasan atas apa yang kamu rasa, kamu pikirkan, dan kamu ingin lakukan.

sampai kamu tersadar bahwa the world doesn’t revolve around you. jadi, kalau ada sesuatu kamu bisa lihat dan pahami bahwa tidak semua masalah itu melibatkan kamu.

saya tunggu sampai kamu bisa membaca situasi dengan baik juga, ok? jadi, saat kamu sebenarnya dibutuhkan tidak lari dan saat sebuah kita membutuhkan jarak, kamu tidak langsung berasumsi bahwa kamu tidak dihargai.

saya tunggu kamu dewasa dalam berfikir dan bertindak, sehingga contemplatingmu menghasilkan solusi serta cara mencapainya dan bukan memperkeruh keadaan(?).

semoga juga saat saya tunggu, kamu berkembang menjadi berani. berani bertanggungjawab atas kata-kata dan janjimu. berani menghadapi segala pertanyaan dan rintangan. juga, berani atas resiko yang sebelumnya telah kamu iyakan, telah kamu sepakati.

lalu saya juga akan belajar.

bahwa tidak semua orang bisa telepati dan adalah penting untuk memberi penjelasan s e b e l u m melakukan sesuatu, bukan sesudahnya. karena tidak semua orang sabar dan mau menunggu — jadi saya akan belajar untuk tenang, menjelaskan, dan menghargai semua pihak yang terlibat before anything begin.

saya juga akan belajar untuk tidak menjadi seorang emotional wreck yang terlampau mudah dipengaruhi. tidak, tidak--bila saya mengalami hari yang kelam dan bertemu seseorang di jalan, saya akan tetap tersenyum. emotional wreck yang harus saya benahi adalah yang ada di dalam saya dan sering kali menumpuk lalu menjadi bom waktu.

selanjutnya, saya akan belajar untuk bangga terhadap diri saya and won’t look myself down for a second. saya disini sudah melewati banyak tangis, tengkar, dan darah — i’m way beyond my expectation and still going up. ini termasuk juga pesanmu agar saya menjaga diri; izin lapor sedikit; i eat, i sleep, and do many productive things great. so I’m doing better hehe☺🤞🏻

mau tau sesuatu?

kamu itu biasa saja. orang baik, pintar, ramah, and fun to be with itu banyak.

yang hebat itu orang yang sudah ditinggal di masa-masa terpuruknya, berhasil menerima bahwa kenyataan itu pahit, dan telah sukses mengidentifikasi semua kekurangan dan kelemahan seseorang, tapi masih memutuskan untuk mempertahankan dan menumbuhkan perasaan pada orang tersebut.

dan orang itu saya.

karena kamu biasa saja dan hanya menjadi luar biasa apabila dilihat dengan kacamata saya; it’s my feeling that makes you special.

perhatian kecilmu akan selalu saya ingat; sekecil menunggu saya balas chat (tanda sudah bangun) baru mau nelpon, sekecil menepi saat diperjalanan untuk menemani saya kuis (padahal saya tidak meminta bantuan), atau tekadmu untuk menemani saya belajar tengah malam.

supportivemu atas semua ambisi-ambisi kecil saya yang gak selesai-selesai juga akan saya kenang;

“Ayo, Alya--I know you can do it.”

berulang kali hingga akhirnya saya mencoba percaya bahwa… mungkin iya, saya bisa melakukannya?

saya juga berterima kasih atas setiamu menjadi pendengar cerita remeh-temeh saya, yang sebenarnya fase hidup tersebut sudah kamu lewati; dosen menyebalkan, tugas tak henti-henti, kuis dan ulangan, bertengkar dengan adik sendiri. terima kasih ya sudah mendengarkan dan tidak sekalipun melontarkan kalimat yang meremehkan.

kamu itu biasa saja — tapi saya tetap mau menunggu.

yang indah dan telah terlewati biarlah menjadi masa lalu.

bila kembali bersama, dengan kamu yang masih sama seperti dulu — rasanya hanya akan mengundang pilu.

ingatkan saat saya ingin selalu ada menemanimu, susah-senang, suka-duka, sehat-sakit? namun kamu selalu berdalih seolah mengatakan bisa mengatasi semuanya sendiri dan selalu mengisyaratkan sampai jumpa lagi?

kali ini saya akan menurut.

perasaan bukan hal utama dalam menjalani hidup dan saya percaya dengan mengesampingkan berarti mengedepankan hal lain.

karena itu; sampai kita pulih, sama-sama mengoreksi diri dan berkembang lebih baik; saya hanya akan menyelipkan namamu disela sujud doa — agar menunggumu tak berakhir semu.

tenang saja, sampai pada suatu hari saya berubah pikiran dan bertemu orang lain; kamu akan saya kabari — seperti janji kita di sela tangis waktu itu.

tapi bila tidak, percayalah bahwa saya akan berusaha terus memupuk apa yang kita punya — dan semoga kita bisa sama-sama menyemai apa yang kita tanam.

iya, saya masih merasa unreal dengan keajaiban yang terjadi pada hari itu dan dalam waktu yang sesingkat itu. sesingkat dari kamu suruh pindah duduk di bis, pamer semua ID card, dan langsung membicarakan penghasilanmu.

it’s too magical to let go. and i’m doubtful whether that feeling will come again with someone else.

jadi, saya tunggu ya?

selamat memperbaiki diri.

dan kini kata-katamu maknanya menjadi lebih besar dan berat — tapi akan selalu kuaminkan; may our path cross again.

--

--

darin alya khairunnisa rizdinanti

journaling, heart-pouring, or just another ordinary story of mine.